Sebelum kita membahas materi renungan dengan tema Tingkatkan
Standar kita sebagai Keluarga di dalam Tuhan. Kita perlu tahu dulu banyak hal
yang terjadi di sekitar kita.
Artikel tentang tingkat perceraian di surat kabar.
Tercatat dalam artikel berita tersebut, teridentifikasi ada
4 hal penyebab terjadinya perceraian :
1. Adanya perubahan sosial dan budaya, dijelaskan bahwa
pernikahan tidak lagi dilihat esensinya.
2. Perubahan gaya hidup di perkotaan besar ( dijelaskan
bahwa faktor ekonomi, tuntutan kebutuhan hidup yang semakin meningkat dan tidak
dapat dipenuhi oleh suaminya sebagai pencari nafkah)
3. Sedikitnya waktu untuk keluarga dengan semakin
meningkatnya kesibukan masyarakat perkotaan.
4. Faktor Teknologi, dengan semakin mudahnya mengakses
banyak informasi dan tidak menyaringnya mana info yg baik dan tidak,
menyaksikan banyaknya perceraian di kalangan selebritis, dan mudahnya pengajuan
proses perceraian di pengadilan mengakomodasi setiap keinginan tiap-tiap
pribadi pasangan untuk mengambil keputusan untuk bercerai.
Banyak pula anak-anak Tuhan yang rumah tangga nya juga
hancur saat anak-anaknya sudah berkeluarga, bisa karena menikah dengan pasangan
yang tidak sepadan. Atau bahkan seorang selebritis penyanyi rohani yang menjadi
PIL yang merusak pernikahan orang lain.
Di tempat kerja saya sudah ada 2 staf saya yang bercerai
saat anak-anaknya sudah SMA, perceraian terjadi karena pernikahannya didasari
karena nafsu balas dendam, dan yang satu lagi sudah punya 3 orang anak dari
pernikahannya yang paling besar baru masuk SMP, dan ini kabarnya karena pihak
perempuan sering selingkuh.
Banyaknya keluarga pasangan suami istri yang berhasil
dihantam dan dihancurkan iblis dengan berbagai jebakan dan tipu muslihatnya.
Kita kembali ke esensi dasar gereja, di mana gereja terdiri
dari keluarga-keluarga.
Keluarga dalam hal ini karena lingkup kita saat ini retreat
Pasutri, keluarga terdiri dari suami isteri. Merupakan sel terkecil yang
membetuk sebuah organ dan kumpulan organ yang membentuk tubuh dan bersatu,
bergerak dan terkoordinasi dalam Tubuh Kristus sebagai Tuhan dan Imam dalam
keluarga.
Kejadian 2:24 - Sebab itu seorang laki-laki akan
meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya
menjadi satu daging.
Kejadian 2:25 - Mereka keduanya telanjang, manusia dan
isterinya itu, tetapi mereka tidak merasa malu.
Kata Isteri pertama kali disebut di Kejadian 2:24. Adam dan
Hawa merupakan ikatan keluarga pertama kali di atas muka bumi. Laki-laki dan
perempuan, ini menegaskan status dan jenis kelamin secara fisik, tidak ada
disebutkan orientasi laki-laki namun fisiknya perempuan atau orientasi
perempuan tapi fisiknya laki-laki, oleh karena melalui hal ini iblis memutar
balikkan ketetapan Tuhan dengan semakin banyaknya pernikahan sah secara hukum
bagi sesama jenis di beberapa negara. Namun yang terjadi di Indonesia tidak
sedikit dari transgender, gay, lesbi menjadikan pernikahan dengan pasangan
berbeda jenis untuk menutupi statusnya, mampu memiliki anak, namun
selingkuhannya ada pasangan sesama jenisnya.
Pada ayat 24, Tuhan menetapkan seorang laki-laki akan
meninggalkan orang tuanya untuk bersatu dengan isterinya, jadi untuk mewujudkan
suatu pernikahan dibutuhkan komitmen yang kuat, dan benar di hadapan Tuhan dan
manusia serta seijin kedua orang tuanya.
Suami Isteri sebaiknya harus saling terbuka dalam banyak
hal. Dalam hal keuangan (iblis masuk dengan nama perjanjian pra nikah dengan
pemisahan harta melalui notaris, dengan argumen untuk jaga-jaga klo suatu saat
terjadi perceraian, helllooooowww.... apakah artinya sudah ada niat untuk
bercerai suatu saat?!), saling sharing dalam setiap masalah di tempat kerja
atau rumah tangga, saling menyatakan keinginan/kerinduan yang muncuk dalam
hati, bersedia saling mengingatkan dan menegur bila ada kekeliruan yang
diperbuat oleh pasangannya.
Bahkan ketika kita dalam studi KoAss, ada dosen spesialis
ilmu Forensik, secara guyon bahwa perlu sekali untuk selalu memberitahukan
kepada pasangan /keluarga kita kemana kita pergi. Sebab kalo terjadi sesuatu
pada kita, secara Forensik dapat dilakukan analisa, dari pertumbuhan
jenggot/kumis (0,2 mm /hari) yang ketika pergi dalam keadaan mulus krn sdh
dicukur, untuk menentukan berapa hari kita hilang. Jadi bapak-bapak jangan
sungkan untuk memberitahu isterinya mo pergi kemana saja hari ini, supaya
isteri-isteri tidak kuatir dan tidak dianggap kepo lagi. Bisa??
Mari kita baca : Kejadian 2:18 - TUHAN Allah berfirman:
"Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan
penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
Isteri merupakan penolong bagi para suami. Penolong bisa
diartikan mampu memberikan solusi dalam persoalan yang ada. Mampu meringankan
beban kehidupan dan tanggungjawab mencari uang, merawat keluarga, mengurus
rumah, humas untuk sekolah, RT, RW, logistik kebutuhan keluarga, dll, dst, dsb.
Jadi mulai saat ini, baiklah kita saling menghargai pasangan
kita, suami/ isteri kita, bahwa masing-masing dari kita memiliki peran dan
tanggungjawab yang sama-sama berat, dan kita dengan saling rendah hati saling
menanggung beban untuk meringankan (Galatia 6:2 - Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu!
Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.)
Menjadikan Tuhan sebagai Imam, sebagai pemersatu-perekat
pernikahan, saling mendukung dalam pelayanan Tuhan.
Keluarga yang ditingkatkan standarnya adalah :
1. Menjadikan Tuhan sebagai Imam dan Tuhan dalam seluruh
segi kehidupan berumah tangga, tidak setengah-setengah. Dan menjadikan
kebenaran Firman Tuhan (Alkitab) sebagai pedoman dalam setiap perkara yang
timbul dalam kehidupan berumah tangga.
Sebab konflik terjadi karena kedua pihak merasa sama-sama
benar, tapi ketika menjadikan Firman Tuhan sebagai pedoman, maka
2. Mengelola keuangan, tenaga dan waktu yang ada sebagian ditujukan
untuk kemuliaan Tuhan.
PERUBAHAN
bukanlah suatu PERUBAHAN bila tidak ada PERUBAHAN, melainkan sampai terjadi
PERUBAHAN
written by Suryadi Ramli, MD