Selamat Datang....Tuhan Memberkatimu...

Selamat Datang di Blog Rehobot Community
Kami berharap Bro en Sis akan mendapatkan banyak berkat dari tulisan-tulisan artikel rohani, kesehatan, psikologi, dan lain sebagainya yang ditulis oleh admin dan rekan-rekan. teman, sahabat inter-denominasi dan ataupun dari para pembaca Buletin Rehobot Community.
Blog ini memfasilitasi publikasi : 1. Berbagai kumpulan Firman Tuhan, 2. Link video Ibadah Raya GBIS Bukit Karmel - Jl. Kebayoran Lama Raya, Jakarta Selatan dan Pos PI GBIS Bukit Karmel - Bumi Serpong Damai 3. Link video konten SenengnyangoFi 4. Dokumentasi foto-foto 5. Link Audio Firman Tuhan yang bisa Anda dengarkan setiap saat - Klik langsung dengarkan

Dengan rendah hati Blog Rehobot Community ini dapat menjadi berkat dan sumber inspirasi dan Referensi firman Tuhan/ Renungan bagi para sahabat terkasih Umat Tuhan yang rindu mengeksplorasi kebenaran demi kebenaran firman Tuhan serta menambah wawasan melalui kesaksian ataupun pengalaman hidup orang lain yang diberkati. Dan sebagai modifikasi informasi, juga dilampirkan cuplikan video singkat saat firman Tuhan disampaikan. Kami ucapkan terima kasih...

Bila Anda ingin memberikan ide / saran / masukan pada kami mengenai blog Rehobot Community, Anda dapat mengirim e-mail ke : rehobot.comm@gmail.com

Senin, April 25, 2022

6 Mujizat Berurutan TERJADI (Kesaksian Pribadi Redaksi RC)

Salam Damai Sejahtera Tuhan Yesus Kristus bagi kita semua.

Postingan artikel kali ini merupakan kesaksian pribadi Redaksi RC akan betapa dahsyat dan hebatnya Kuasa Mujizat Tuhan Yesus yang terjadi dalam hidup saya.

Namun tidak sedikit ada saja orang orang atau pihak yang menganggap bahwa kesaksian yang disaksikan oleh anak Tuhan hanyalah kebetulan belaka, nah nanti silakan disimak kesaksian hidup yang saya alami, betapa berurutan apa yang dianggap "kebetulan" demi "kebetulan" yang saya dan keluarga alami.

Peristiwa hidup yang saya alami bermula dari tanggal 13 Maret 2020, sekitar 10 hari setelah bapak Presiden Joko Widodo mengumumkan pertama kali 2 pasien Covid-19 di Indonesia.

Pada saat itu kondisi tubuh saya sudah mulai terasa meriang, demam pada 4 hari sebelum tanggal 13 Maret 2020, dengan kondisi tetap masuk kerja seperti biasa dan sempat dilakukan pemeriksaan tes laboratorium, namun apa yang disangka sakit demam Typhus atau pun Demam Berdarah, tidak ada indikasi mengarah ke sana. akhirnya tanggal 11 Maret 2020 masuk ke UGD di suatu Rumah Sakit di area Jakarta Utara, tempat istri bekerja (maaf tidak menyebutkan nama RSnya ya), sempat dirawat - diinfus sebentar, hasil tetap sama, tidak ditemukan indikasi apa-apa, lalu dipulangkan.

Namun gejala terus bertambah ke sesak nafas, saat itu bernafas tersengal sengal seperti orang yang kecapekan abis kerja berat/ berlari sprint. Walau besoknya tetap masuk kerja seperti biasa. Namun pada tanggal 13 Maret 2020, akhirnya diputuskan kembali ke UGD Rumah Sakit di area Jakarta Utara tersebut, kali ini bersama istri yang juga mulai mengalami gejala demam dan meriang. Kemudian, mulai dilakukan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut, saat itu Direktur Rumah Sakit tersebut curiga dengan sakit yang saya dan istri derita, maka dilakukanlah tes Antibodi Covid yang baru pertama kali diterima oleh RS tersebut untuk diujicobakan pertama kali pada darah saya, ternyata hasilnya positif terdeteksi antibodi Covid, kemudian dilanjutkan dilakukan tes Swab PCR yang dikirimkan ke Balitbangkes Kemenkes, dan hasil ternyata positif Covid-19.

Dengan hasil positif Covid-19 yang belakangan dikenal sebagai Covid-19 varian Alpha yang merupakan mutasi langsung dari Covid-19 Wuhan. Mungkin saya pada saat itu ditetapkan sebagai pasien ke-200 sekian, karena pada saat itu berbarengan dengan Bapak Menteri Perhubungan - Bpk. Budi Karya S. yang masuk ke rawat intensif karena Covid juga, sehingga beberapa hari kemudian berbondong-bondong Presiden beserta kabinet kerja memeriksakan diri tes Swab PCR.

Ketika saya diketahui Positif Covid-19, pihak Rumah Sakit terus menghubungi RS Sulianti Saroso, RS Persahabatan, apakah bisa dirujuk ke sana, namun ternyata penuh semua. Memang saat itu, tidak hanya di Indonesia bahkan di seluruh dunia mengalami 'kekacauan' luar biasa akibat mulai masifnya korban jiwa yang kena Covid yang bertambah.

Hampir 3 hari saya dirawat di ruang  isolasi UGD yang bertekanan negatif, karena menunggu kepastian kamar kosong di Rumah Sakit rujukan tersebut, sedangkan nafas saya makin sesak - tersengal sengal, dan saya dipasang alat pemantau ritme nafas saya, yang menyebabkan mesin sensor tersebut berbunyi terus menerus karena nafas saya sudah di atas 30 kali permenit (normal 18 - 20 kali permenit).

Nah di sinilah MUJIZAT ("Kebetulan") Pertama yang terjadi, akhirnya Direktur Rumah Sakit tersebut memutuskan untuk merawat, menangani saya dan istri. Mulai dipersiapkanlah kamar rawat inap yang juga menjadi kamar isolasi bagi kami berdua. Adapun Rumah Sakit ini secara struktur pengaturan udara, secara keseluruhan memiliki tekanan negatif. Namun pada saat gelombang kedua terjadi (varian Delta merajalela), ada 2 teman saya yang juga dokter yang saya kenal (yang satu merupakan kakak kelas yang saya kenal) mati konyol hanya karena tidak mendapatkan kamar perawatan di RS Rujukan Covid, sehingga bolak balik pindah Rumah Sakit sampai meninggal di UGD suatu rumah sakit, akibat membludaknya korban Covid varian Delta saat itu, sampai kewalahan kehabisan Oksigen di mana mana.

Lalu MUJIZAT ("Kebetulan") Kedua, bersamaan dengan hal pertama, ada dokter Spesialis Paru yang bersedia mengambil resiko merawat kami berdua. Jadilah kami berdua pasien Covid pertama kali di Rumah Sakit tersebut dengan kode 001 dan 002.

Kemudian saya mulai mengalami perburukan sesak nafas disertai dengan batuk berdarah tiap kali batuk dan sesak bertambah. Sedangkan istri sempat dirawat 5 hari, dan hasil tes Swab PCR nya ternyata negatif, akhirnya segera dipulangkan sebelum benar benar tertular dari saya. Dan kondisi saat itu saya tidak ditemani oleh siapapun, dan setiap perawat yang memeriksa saya berkala harus memakai APD level 3, dan kondisi saya yang mengkuatirkan sehingga dilakukan tes Analisa Gas Darah  (AGD) yang harus diambil darah nya dari pembuluh arteri yang artinya jauh lebih dalam dibanding pembuluh darah vena yang sering digunakan untuk saluran infus, yang konon tes AGD ini hanya dilakukan bagi pasien-pasien di Intensive Care Unit (ICU), adapun tes AGD ini sangat akurat untuk pemantauan kadar gas  dalam darah di antaranya kandungan gas Oksigen.

Total 6 kali saya diperiksakan tes AGD, sakitnya nampol bangetttt...... nyerinya bisa bertahan sampe setengah jam sesudahnya, dibanding ditusuk pembuluh darah vena yang cepat reda nyerinya dalam hitungan detik.

Bahkan dengan kondisi sesak nafas yang bertambah berat, saya selama masa perawatan sampai harus dilakukan CT Scan sebanyak 4 kali, sehingga saya selama 3 tahun berikutnya tidak boleh kena radiasi lagi. Pada saat hendak dilakukan pemeriksaan CT Scan pun, dilakukan saat tengah malam, di mana tidak ada pengunjung atau pasien yang wara wiri, terasa seperti secret mission, sangat dipersiapkan jalur keluar masuk saya lowong dan tidak ada orang yang lewat, keluar kamar langsung meluncur ke lift, yang sudah ditekan tombol ke lantai Radiologi, tanpa menyentuh apapun, sampai ke lantai yang dituju, langsung meluncur ke ruang CT Scan yang sudah terbuka, trus saya dipersilakan untuk tidur ke ranjang CT Scan. Selesai di scan, saya dipersilakan kembali duduk ke kursi roda, pengantar segera koordinasi dengan security, saya kembali dengan prosedur cepat meluncur  masuk lift yang sudah disiapkan tombol lantai yang sudah disetel. Tim kebersihan segera menyemprot dengan cairan desinfektan jalur yang saya lalui juga di ruang lift.

Adapun hasil CT Scan saya sudah masuk kategori mengkuatirkan karena seluruh permukaan kedua sisi paru paru sudah menunjukkan tampilan memutih secara progresif (mengarah ke ARDS - Acute Respiratory Distress Syndrome) mengarah ke Covid-19 bergejala berat.

Nah MUJIZAT ("Kebetulan") Ketiga, saya mendapatkan obat Covid dari dokter Spesialis Paru dr. Adria Rusli yang juga seorang yang saya kenal cukup baik di organisasi profesi. Terima kasih dok Adria Rusli for your kindness. sehingga keadaan saya mulai membaik. Saya selama dirawat di hari pertama sampai dipulangkan, tidak memperhatikan apakah ada gejala anosmia seperti yang dirasakan pada sebagian pasien Covid lainnya, karena tidak ada masalah dengan nafsu makan dan minum, yang selalu ludes dilahap habis sampe bersihhhhh...... 

Selama 12 hari saya dirawat di Rumah Sakit tersebut, dan akhirnya dipulangkan oleh dokter Spesialis.

Mujizat ("Kebetulan") Keempat yang terjadi di mana teman teman kerja saya, di mana saya sempat masuk kerja seperti biasa yang jumlahnya 40 orang, tidak ada satupun yang positif Covid!! Walau belakangan saya tau bahwa ternyata saya jadi dokter pertama di kota Bekasi yang terkena Covid!

Mujizat ("Kebetulan") Kelima yang Tuhan lakukan, adalah keluarga di Bekasi  yang cukup sering kontak dengan kami berdua, tidak ada yang kena sakit Covid-19!!

Mujizat ("Kebetulan") Keenam, orang tua saya yang secara berkala ketemu dengan kamipun tidak terkena penularan dari sakit Covid-19. Puji Tuhan.

Kebetulan demi kebetulan yang manakah yang pernah terjadi secara beruntun? 

Jadi lebih pantas kalau saya sebut keenam hal yang saya alami ini adalah MUJIZAT yang Tuhan lakukan pada saya dan keluarga. Saya yang sudah selangkah lagi mendekati akhir dari hidup, peristiwa ini membuka mata saya bahwa hidup kita bisa berlalu begitu saja tanpa berbekas, namun saya tidak ingin tidak meninggalkan apapun ketika saat nya kita dipanggil Tuhan!!

Dan Mujizat berikut nya terus terjadi. Saya yang sehari hari bertugas di layanan infeksius antara lain TBC (Tuberkulosis), HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan IMS (Infeksi Menular Seksual) serta pasien Covid-19 mulai dari varian Delta (gelombang Kedua) dan varian Omikron (gelombang Ketiga) harus saya layani dan tangani, dan Puji Tuhan tidak tertular kembali, yang pada prinsipnya jangan membuka masker di lingkungan resiko tinggi dan gunakan masker yang berstandar medis, memang tidak nyaman memakai masker seharian, namun dampaknya setimpal dengan ketidaknyamanan yang kita alami yaitu tidak membawa oleh oleh penyakit Covid ke rumah.

Adapun ayat nas yang begitu membangun dan menguatkan saya di Galatia 2  : 20, "Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan hidupku yang kuhidupi di dalam daging adalah hidup oleh iman dalam anak Allah yang telah mengasihi aku dan menyerahkan diriNya untuk aku!"

Tuhan Yesus itu hidup, dahsyat, Dialah jalan yang LURUS itu yang dicari banyak umat lain, Dialah Juru Selamat yang dijanjikan dan dinubuatkan ribuan tahun yang lalu. KedatanganNya tidak megah - gebyar sebagaimana tokoh iman lainnya, DIA lahir di kandang domba, masa kanak kanak sampai dewasa hidup dalam kesederhanaan dari orang tua yang berprofesi tukang kayu, namun memiliki hikmat dan pemahaman akan firman dan Taurat Tuhan. 

Kematian di kayu Salib pun dengan darah yang tercurah adalah karena menanggung semua kutuk dan dosa kita semua, sehingga kita diselamatkan dari kutuk maut, kepada terangNya yang ajaib!!

Hanya Tuhan Yesus yang bangkit!! Dan hanya YANG BERASAL DARI SORGA lah yang DAPAT MENUNJUKKAN JALAN MENUJU KE SORGA, karena TUHAN Yesus dan BAPA di Sorga serta Roh Kudus adalah SATU. Tuhan Yesus adalah 100 % manusia dan 100 % Allah, bagi kita mustahil namun bagi Allah TIDAK ADA yang MUSTAHIL.

Biarlah artikel kesaksian ini saya buat dan bagikan, untuk menjadi pengingat bagi kita semua bahwa kita semua sudah pernah melewati awal masa Pandemi yang mengerikan, dan kita boleh ada dan berdiri saat ini tak lain dan tak bukan hanyalah karena kasih dan anugerah Tuhan Yesus serta rancangan Nya yang dahsyat atas kehidupan kita semua. Amin

TUHAN YESUS KRISTUS RAJA memberkati kita semua.



Written by dr. Suryadi Ramli


Tidak ada komentar: