Mari kita baca Matius 21 : 12-17, Markus 11:15-19, Lukas 19:
45-48, Yoh 2:13-16, tentang Yesus menyucikan Bait Allah. Keempat kitab Injil
mencatatnya, dan setelah saya baca keempat versi tidak ada catatan detil yang
menggambarkan atau mendeskripsikan situasi emosi Tuhan Yesus.
Tidak jarang kita
menganggap pada saat itulah pertama kali dan terakhir kali Tuhan Yesus marah, saya
merasakan bahwa apa yang dilakukan Tuhan Yesus merupakan suatu tindakan yang mungkin
disertai rasa kemarahan karena betapa lingkungan Bait Allah yang seharusnya
indah, memberi kedamaian dan keagungan Tuhan Allah, dibuat menjadi komersil. Saya
mendapatkan kesan bahwa Tuhan Yesus mampu mengendalikan diriNya, walau dalam
kondisi marah sekalipun, dan terkontrol dalam menghadapi protes dari para PKL
tsb.
Ayat jangan biarkan amarahmu belum reda sebelum matahari
terbenam.
Efesus 4:26 - "Apabila
kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam,
sebelum padam amarahmu."
Dulu sewaktu masa remaja, saya menerapkan semua kebiasaan
pribadi dengan komitmen bahwa klo marah cukup 5 menit saja. Sebab ada alasannya
sesuai dengan ayat berikutnya :
Efesus 4:27 - "dan
janganlah beri kesempatan kepada Iblis."
Sekali Iblis diberi dan mendapat peluang/celah melalui
kemarahan kita, hanyalah penyesalan demi penyesalan yang berkepanjangan yang
akan kita alami dari banyaknya kerusakan yang telah kita hasilkan dari kemarahan
kita, apa contohnya??! Maki-maki dengan kata-kata kasar atau kebon binatang,
perkelahian yang menyebabkan luka kecil, pendarahan sampai kematian, permusuhan,
sakit hati, dendam dan lain sebagainya. Itulah mengapa Rasul Paulus menulis dan
membahas hal kemarahan di kitab Efesus, terlalu banyak kerusakan yg potensi
dihasilkannya. 1 musuh terlalu banyak dibanding 1000 sahabat.
Mari kita baca kata bijak dari kitab Amsal :
Amsal 14:29 - "Orang yang
sabar besar pengertiannya, tetapi siapa cepat marah membesarkan kebodohan."
Kenapa disebut cepat marah membesarkan kebodohan, semua
sudah tahu persis apa yang kita bahas tadi, sebab bagi seseorang yang
benar-benar larut dalam kemarahannya segala tindak tanduk maupun keputusan yang
diambil tidak lagi berdasarkan perhitungan yang rasional dan logis lagi.
Firman Tuhan memberikan solusi dan nasihat bagi kita semua,
mari kita baca :
1 Petrus 4:7 - "Kesudahan
segala sesuatu sudah dekat. Karena
itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa."
Sebab bagaimanapun juga kita tetap harus berusaha mengendalikan
diri kita, jangan sampai kita lepas kontrol, gimana caranya??! Terus berusaha/berlatih
secara sadar dan konsisten, hari ini gagal menahan emosi kemarahan, besok
lakukan lagi. Dan renungkan segala hal yang kita alami, termasuk kegagalan demi
kegagalan dan renungkan kerusakan-kerusakan fisik atau emosional terhadap orang
yang kita marahi, hubungan yang renggang, suasana kerja yg menjadi kaku/ saling
menghindar, dst, dll, dsb.
Dan untuk apa kita berdoa?
Mari kita baca di Lukas 22:40 - "Setelah
tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka: "Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam
pencobaan."
ilustrasi gambar : career-intelligence.com
penulis : suryadi ramli