Selamat Datang....Tuhan Memberkatimu...

Selamat Datang di Blog Rehobot Community
Kami berharap Bro en Sis akan mendapatkan banyak berkat dari tulisan-tulisan artikel rohani, kesehatan, psikologi, dan lain sebagainya yang ditulis oleh admin dan rekan-rekan. teman, sahabat inter-denominasi dan ataupun dari para pembaca Buletin Rehobot Community.
Blog ini memfasilitasi publikasi : 1. Berbagai kumpulan Firman Tuhan, 2. Link video Ibadah Raya GBIS Bukit Karmel - Jl. Kebayoran Lama Raya, Jakarta Selatan dan Pos PI GBIS Bukit Karmel - Bumi Serpong Damai 3. Link video konten SenengnyangoFi 4. Dokumentasi foto-foto 5. Link Audio Firman Tuhan yang bisa Anda dengarkan setiap saat - Klik langsung dengarkan

Dengan rendah hati Blog Rehobot Community ini dapat menjadi berkat dan sumber inspirasi dan Referensi firman Tuhan/ Renungan bagi para sahabat terkasih Umat Tuhan yang rindu mengeksplorasi kebenaran demi kebenaran firman Tuhan serta menambah wawasan melalui kesaksian ataupun pengalaman hidup orang lain yang diberkati. Dan sebagai modifikasi informasi, juga dilampirkan cuplikan video singkat saat firman Tuhan disampaikan. Kami ucapkan terima kasih...

Bila Anda ingin memberikan ide / saran / masukan pada kami mengenai blog Rehobot Community, Anda dapat mengirim e-mail ke : rehobot.comm@gmail.com

Tampilkan postingan dengan label pengalaman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pengalaman. Tampilkan semua postingan

Jumat, Januari 04, 2013

Be Alert!!

Pertengahan bulan Desember tahun lalu, penulis menerima pasien rujukan dari tim VCT (Voluntary, Counseling and Testing, merupakan tim pendeteksi dini infeksi HIV). Seorang pasien laki-laki, berusia sekitar 20 tahunan, sudah dilakukan tes HIV dan hasilnya positif, singkat cerita dari informasi yang penulis dapatkan ternyata pasien ini mendapatkan infeksi HIV nya dari pasangan homoseksualnya yang berusia beberapa tahun lebih tua darinya.
Dan pasien ini bertemu dengan pasangan homoseksualnya, bermula dari pertemuannya di sebuah acara seperti acara inbox di salah satu stasiun televisi. Berawal dari kenalan biasa, dan semakin sering bertemu di acara-acara serupa, sampai akhirnya terjerumus dalam hubungan homoseksual.

Benarlah seperti firman Tuhan katakan di kitab I Petrus 5:8, "Sadarlah dan berjaga-jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum-aum dan mencari orang yang dapat ditelannya."
Di jaman saat ini iblis bekerja dengan sangat giatnya untuk menjerumuskan banyak anak-anak muda ke dalam perbuatan dosa, dosa seksual, pornografi, narkoba, korupsi/ cinta uang dan lain sebagainya.
Mengapa anak-anak muda?! Sebab pada masa mudalah seseorang memiliki potensi besar untuk melakukan perkara-perkara besar, ide-ide kreatif yang membangun dan membawa kebaikan bagi umat manusia, dan juga karena anak-anak muda memiliki semangat dan tenaga yang besar sehingga dapat berpotensi mewujudkan banyak hal, dan inilah yang terus dihancurkan oleh iblis melalui berbagai macam tipu muslihat.

Baiklah kita belajar dari pengalaman Raja Daud, di saat para perwira dan pahlawan maju berperang, Raja Daud malah bersantai-santai ria di sotoh Istana, sehingga dosa perzinahan dengan Batsyeba terjadi. Hanya karena menjadi lengah di saat santai! Bukan peperangan! Bukan juga di saat pergumulan!!
Baiklah kita senantiasa alias selalu waspada setiap saat di manapun kita berada, terutama saat kita sedang bersenang-senang, biasanya di saat itulah kita berpotensi jatuh dalam dosa.
Pengalaman pasien tersebut juga menyiratkan pelajaran bagi kita bahwa kita juga harus berhati-hati dalam pergaulan, menjalin hubungan dengan siapapun, mungkin saat ini kita merasa yakin kita sebagai pria/perempuan normal yang menyukai lawan jenis dan ga mungkinlah jatuh dalam dosa homoseksual, namun buktinya pasien tersebut, sebelumnya dia adalah seorang laki-laki yang menyukai lawan jenis, tidak pernah terpikirkan olehnya akan menjalin hubungan homoseksual.

Marilah kita sebagai umat Tuhan harus semakin terus mengandalkan pertolongan Tuhan, berserah dan berharap padaNya. Dan pertolongan Tuhan itu nyata selama kita tetap menjaga kekudusan hidup kita, terus berdoa, membaca firman Tuhan dan merenungkannya dan melakukannya!!
Biarlah selebihnya Tuhan Yesus yang akan turun tangan dalam melindungi kita dengan kasih dan kuasaNya.

written by : admin.
picture : zazzle.com

Selasa, Mei 05, 2009

Pengalaman 3 minggu di barak TNI-AU

Sebelum saya mengikuti diklat di barak Wingdiktekkal (Wing Pendidikan dan Pembekalan) TNI – AU, Bandung. Saya tidak mempunyai gambaran apapun mengenai betapa beratnya perjuangan para siswa TNI sampai menjadi seorang personil tentara yang tangguh dan tampak berwibawa dan hebat. Adalah suatu kebanggaan bagi saya untuk dapat ‘mencicipi’ alias mengikuti diklat di Wingdiktekkal ini, walau hanya 3 minggu saja. Sehingga setelah mengikuti diklat ini, benar-benar mengubah persepsi/ cara pandang saya terhadap bapak-ibu/ saudara/saudari sebangsa yang bertugas sebagai personil pertahanan negara kita. Salut buat mereka..... Kami mulai berangkat dari Plaza Kota Bekasi menuju ke Wingdiktekkal – Bandung, pada hari Selasa, 14 April 2009, untuk mengikuti pelatihan selama 3 minggu, dan kembali ke Bekasi pada 2 Mei 2009. Kesan pertama ketika kami tiba di halaman Wingdiktekkal adalah rasa terkejut dan sedikit kaget, karena bukan ’karpet merah’ ataupun senyuman dari para petugas militer, melainkan teriakan dan makian agar kami bergerak cepat untuk membongkar muatan tas-tas/koper barang bawaan kami, untuk segera dikumpulkan di lapangan dan segera untuk membentuk barisan menjadi 2 kompi yang terdiri dari 5 peleton (24 – 27 orang/ peleton). Pada hari itu jugalah saat kaki pertama kali memijakkan kaki di halaman wingdiktekkal, proses diklat sudah dimulai...... Tiada hari tanpa proses baris berbaris di bawah terik matahari selama beberapa jam, dengan bentakkan teriakan para pelatih dan tak jarang hukuman push-up atau kombinasi harus kami jalani ketika satu atau lebih dari peserta diklat yang melakukan kesalahan namun harus ditanggung oleh seluruh peserta. Yang belakangan kami baru mengerti maksud dan tujuan dari diklat ini, bahwa kekompakan dan rasa kebersamaan dalam penderitaan-lah yang ingin ditumbuhkan oleh pelatih, sehingga kami bisa saling membantu, memperhatikan dan menolong, serta membentuk mental kami untuk menjadi semakin tangguh dan tidak takut terhadap situasi apapun. Kami diajari bagaimana menata lemari pakaian, melipat baju yang rapih, merapikan tempat tidur, menata sendal, sepatu, handuk, kebersihan barak, menyemir sepatu hingga mengkilat, mematikan lampu dan air bila tidak dipakai lagi, tidak membuang sampah sembarangan, table manner alias tata cara makan di ruang makan, harus selalu menegur/ memberi hormat tiap kali bertemu dengan orang ketika berpapasan di jalan, dan harus selalu berbaris bila lebih dari 1 orang berjalan ke suatu tempat (semua serba teratur dan rapih). Ternyata personil tentara memerlukan ketekunan dan selalu disiplin, tampil rapih dan bersih. Kami mengalami prosesi ‘Stelling’ alias pendadakan di tengah malam (jam 1 malam) selama hampir 2,5 jam, di saat kami sedang terlelap tidur setelah seharian digojlok secara fisik. Apalagi saat itu kota Bandung masih sering hujan turun, membuat udara malam semakin dingin sekali. Ketika ‘Stelling’ dimulai, sirene dibunyikan, para pembina menggedor-gedor pintu barak kami, mendobraknya sambil berteriak-teriak pada kami untuk segera keluar ke lapangan, lalu dengan pakaian apa adanya dan tanpa alas kaki, kami segera berlarian keluar menuju ke lapangan rumput di luar barak dan membentuk barisan. Dalam kondisi tanpa alas dan udara dingin yang menyengat, kami berdiri – berbaris dalam kondisi mulai menggigil kedinginan, selama sekitar setengah jam. Sampai pembina memerintahkan kami untuk mengganti pakaian tidur yang sedang kami kenakan dengan pakaian dinas harian, secara terbirit-birit kami kembali berlarian ke barak untuk segera mengganti pakaian kami. Baru kami sedang berusaha mengganti pakaian kami, para pembina kembali berteriak-teriak memerintahkan untuk segera keluar dari barak, tentulah hasilnya dapat ditebak, banyak dari kami dalam keadaan memakai pakaian yang tidak lengkap, alhasil banyak dari kami (sekitar 99,9%) mendapatkan hukuman push-up di malam hari. Belajar dari pengalaman itu, untuk menghadapi ‘Stelling’ kedua yang harus kami hadapi, penulis yang kebetulan ditunjuk menjadi Senat oleh pembina yang membawahi 3 ketua barak dan 3 ketua angkatan, memberikan himbauan agar ketika ‘Stelling’ kedua, tidak boleh ada peserta yang keluar dari barak sebelum seluruh peserta sudah berpakaian lengkap, dan bersama-sama menanggung resiko hukuman kolektif, dan ternyata himbauan ini direspon dan disepakati secara bulat oleh para ketua ketiga angkatan dan barak. Singkat cerita, pada ‘Stelling’ kedua sudah terjadi kekompakan dan kebersamaan untuk menanggung resiko hukuman kolektif. Hampir selama 3 minggu kami mengalami masa ‘putus’ hubungan dengan dunia luar, tidak ada TV, koran apalagi handphone yang memang tidak diperbolehkan untuk dibawa. Hari demi hari kami lalui terasa berat dan lama pada awalnya, tetapi karena sudah mulai menjadi sebuah rutinitas, lama kelamaan menjadi terbiasa, dan hari-hari mulai terasa berlalu demikian cepatnya. Selain pendidikan fisik, kami juga mendapatkan pendidikan kuliah yang diajar oleh pengajar dari Provinsi. Menjelang hari-hari terakhir, pembina sudah menyiapkan sebuah acara outbound, di Ranca Upas, Ciwidey. Di outbound itu juga kami mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan, di mana kami tiba-tiba terjebak dalam situasi latihan perang dari komando pasukan khas AU (Kopaskhas TNI AU), 2 ledakan bom yang tidak jauh dari posisi kami sehingga kami merasakan efek gelombang ledakan dan hembusan angin ledakannya, lumayan membuat kami tuli sesaat dan tembakan beruntun dari para pasukan, kami melihat ada letupan api yang keluar pada moncong laras M-16 tiap kali ditembakkan mengarah ke bukit tempat wahana flying fox, disertai lontaran selongsong peluru yang keluar dari sisi samping senapan. Belakangan, pembina memberitahu bahwa peristiwa tersebut adalah simulasi perang di mana kopaskhas dalam kondisi disergap – diserang oleh musuh (yang adalah pembinanya sendiri) dari arah bukit. Dan mereka menggunakan peluru bermesiu tapi tanpa proyektil alias peluru hampa, dan mereka akan terus berlatih seperti ini, dan akan dibiarkan hidup di hutan selama 2-5 hari tanpa perbekalan, harus mencari makan sendiri di hutan namun tidak boleh ketahuan posisinya oleh pembina. Wow.... ternyata sedemikian beratnya kehidupan menjadi prajurit.... Dan akhir dari segalanya, pada tanggal 2 Mei 2009, kami berpisah dalam upacara perpisahan disertai dengan lemparan topi seluruh peserta ke atas, dan teriakan kebebasan..... ha..ha..ha... Lalu satu-persatu dari kami berbaris bersalaman dengan para pembina dan komandan Skadik 301 Wingdiktekkal, langsung menuju bus yang sudah menunggu.... Terima kasih dan selamat tinggal pembina... God bless You, all....... Kami akan terus mendoakanmu.... yang terus bertugas menjaga keamanan negara selama 24 jam penuh, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, setiap saat, walau dengan kondisi dan fasilitas yang sangat minim, kami bangga akan pengabdianmu......