"Dan lagi Aku berkata kepadamu, jika dua orang dari padamu di dunia ini
sepakat meminta apa pun juga permintaan mereka akan dikabulkan oleh Bapa-Ku di
Sorga. Sebab di mana ada dua atau tiga
orang berkumpul dalam nama Ku disitu Aku ada di tengah- tengah mereka “ (
Matius 18 : 19-20 )
Tantangan
yang dihadapi oleh keluarga saat
ini semakin berat dibandingkan dengan beberapa dekade yang lalu. Perkembangan
teknologi informasi dan komunikasi bila tidak disikapi dengan baik, bukan
membangun komunikasi yang lebih baik, tetapi justru menjauhkan dan
menghancurkan komunikasi dalam keluarga. Keluarga yang lemah akan digilas oleh
bebagai tantangan yang menarik, tetapi keluarga yang kuat akan punya dampak dan
pengaruh yang besar, bukan hanya bagi keluarga itu sendiri, tetapi berpengaruh
bagi komunitasnya. Bagaimana agar kita menjadi keluarga yang bisa berdampak
bagi komunitas yang lain..
1. Keluarga yang sehati
“Dan lagi Aku berkata kepadamu, jika dua
orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga permintaan mereka
akan dikabulkan oleh Bapa-Ku di Sorga. Sebab di mana ada dua atau tiga orang berkumpul dalam nama
Ku disitu Aku ada di tengah- tengah mereka “ ( Matius 18 : 19-20 )
Mengapa keluaga yang kuat bisa sehati ? Karena setiap pasangan suami-istri sebagai inti keluarga memang berbeda. Mereka
berasal dari latar belakang yang berbeda, baik sifat karakter, cara berpikir,
hobi, kebiasaan-kebiasaan, itulah keluarga, asam di gunung garam di laut,
bertemu dalam satu belanga itulah sayur asem yang diibaratkan sebagai suatu
keluaga. Bila perbedaan dipertentangkan mustahil mereka dapat menjadi sehati.
Tetapi keluarga yang kuat dapat menerima dan mensinergikan perbedaan tersebut,
sehingga mereka dapat sehati. Sehati bukan berarti harus menjadi sama, tetapi
sehati dapat menerima semua perbedaan termasuk kekurangan dan kelebihan
pasangan kita sebagai satu kekuatan. Setiap anak-anak kita juga memiliki sifat
dan karakter yang berbeda. Namun bila orang tua sehati, maka sangat mudah bagi
anak untuk sehati dan rukun dengan saudaranya, juga dengan orang tuanya, karena
anak melihat contoh orang tuanya yang sehati. Bila keluarga sehati, maka
doa-doa kita dijawab oleh Bapa di Sorga.
2 . Keluarga yang dapat saling mengampuni
“dan ampunilah kami akan kesalahan kami,
seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami. Karena jikalau
kamu mengampuni kesalahan orang, Bapamu yang di
Sorga akan mengampuni kamu juga. Tetapi jikalau kamu tidak mengampuni
orang, Bapamu yang di Sorga, juga tidak akan mengampuni kesalahanmu” (Matius 6 : 12, 14-15 )
Seiring dengan
berjalannnya waktu dalam mengarungi kehidupan pernikahan, ada kalanya kita
kecewa, sakit hati bahkan terluka, bisa saja terjadi. Bapak-Ibu pribadi yang paling
berpotensi melukai hati kita adalah
orang yang paling kita cintai, berarti dalam
keluarga yaitu suami-istri dan anak. Mengapa demikian ?
Karena mereka tinggal bersama. Bilamana beberapa pribadi tinggal bersama dalam jangka waktu
yang lama, perbedaan pendapat, mis-komunikasi, kesukaan yang berbeda, bahkan
visi yang berbeda, hal – hal itulah yang dapat memicu konflik. Tetapi keluarga
yang kuat, mereka akan dapat saling mengampuni, menerima setiap anggota keluarga
dengan kelebihan dan kekurangannya. Keluarga
yang kuat selalu menerapkan
Firman Tuhan dalam Efesus 4 : 26 yang mengatakan:” Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat
dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu “ keluarga yang kuat bilamana ada salah paham, sakit hati, konflik,dll, mereka segera dengan secepat mungkin membereskannya. Pribadi yang dapat mengampuni adalah pribadi yang kuat, dan pribadi yang tidak dapat mengampuni adalah pribadi yang lemah.
3 . Keluarga yang siap menghadapi Badai
Keluarga yang harmonis, bahagia dan yang kuat bukan berarti bebas tanpa masalah, tantangan tetap ada, tetapi atas anugrah Tuhan, mereka dapat mengatasi setiap masalah, bahkan badai sebesar apapun mereka dapat keluar sebagai pemenang, Bahkan lebih dari pemenang. Badai yang melanda keluarga hari-hari terakhir ini ialah spirit dunia. Dunia dewasa ini mengukur kesuksesan, selalu diukur dengan materi yang dimiliki. Semakin banyak materi yang dimiliki,dianggap semakin sukses, tanpa mempermasalahkan dari mana asalnya. Namun Alkitab menjelaskan kesuksesan adalah bila kita mengerti kehendak Tuhan dan melakukannya dalam kehidupan ini. Sama seperti Nuh ( Kej 6 : 22 ) dan Adam ( Kej 12 : 4 ). Mereka sukses di hadapan Tuhan, karena mereka melakukan kehendak Tuhan. Badai social media, hedonism dan LGBT, saat ini sedang melanda kehidupan manusia, tetapi keluarga yang kuat akan siap menghadapi badai, dengan menggunakan sosmed untuk membangun komunikasi yang benar. Keluarga yang kuat walaupun diberkati secara materi, mereka masih terbeban menggunakannya untuk kemuliaan Tuhan, bukan hanya untuk kesenangan pribadi. Menghormati dan menghargai kedaulatan Sang Pencipta merupakan hal yang sangat penting bagi setiap keluarga.
4 . Keluarga yang menggenapi rencana Allah.
Keluarga, Allah ciptakan sebagai mitra kerjanya untuk beranak cucu, memenuhi bumi dan menaklukkan dan menguasainya ( Kej 1: 28, 2: 15 ) Berarti setiap keluarga memiliki tugas dan tanggung jawab yang telah disiapkan oleh Allah. Tugas ini merupakan mandat sebagai hak istimewa yang Allah berikan pada manusia. Karena itu setiap keluarga yang kuat menyadari fungsinya dan menjalankannya, sehingga dunia melihat melalui keluarga, ada satu hubungan indah seperti hubungan Kristus dengan jemaatNya melalui setiap keluarga ( Ef 5 : 32 ). Nuh ( Kej 6 : 9-21 ) Adam ( Kej 12 : 1-9 ) Petrus ( Luk 5 : 1-11 ) adalah contoh keluarga yang kuat dan menggenapi rencana Allah melalui keluarga mereka. Puji Tuhan sebagai kesimpulan ada 4 hal dampak dan pengaruh keluarga yang kuat!
1. Keluarga yang sehati.
2. Keluarga yang siap mengampuni.
3. Keluarga yang siap menghadapi badai
4. Keluarga yang menggenapi rencana Allah..Tuhan Yesus Memberkati
Gembala Jemaat : Pdt. Agus Octavianus