
Air susu ibu (ASI) adalah makanan sempurna bagi bayi. Namun di Indonesia, menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan tren pemberian ASI eksklusif enam bulan pada bayi mengalami penurunan, sebagai berikut : 42,4% (tahun 1997), 39,5 % (tahun 2002) dan menurun menjadi 32,4 % (tahun 2007).
Salah satu penyebabnya adalah mitos seputar ASI yang menyesatkan.
Ketua Sentra Laktasi Indonesia (Selasi) dr. Utami Roesly, SpA, memberi penjelasan sebagai berikut.
Mitos : Teknologi berhasil membuat susu formula mirip ASI
Fakta : Kandungan gizi ASI berubah dari waktu ke waktu. Bahkan kandungan ASI di pagi hari berbeda dengan siang atau malam hari. Hal itu disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan bayi. Tidak ada satu jenis susu formula yang menyamai sifat ini. ASI juga mengandung berbagai enzim dan zat kekebalan tubuh, sedangkan susu formula tidak.
Mitos : Bayi menjadi cerdas dengan mengkonsumsi susu formula yang mengandung AA dan DHA.
Fakta : AA dan DHA memang diperlukan untuk perkembangan otak bayi. Kedua zat itu banyak terkandung dalam ASI. Namun, AA dan DHA pada ASI berbeda dengan yang ada di susu formula. AA dan DHA pada ASI jauh lebih mudah diserap usus bayi.
Mitos : Bayi yang baru lahir menangis karena lapar, karenanya perlu diberi susu formula sembari menunggu kondisi ibunya pulih seusai melahirkan.
Fakta : Dalam kondisi stabil, pada 48 jam pertama kehidupannya bayi tidak memerlukan asupan makanan. Bayi menangis bukan karena lapar, tapi karena memerlukan kontak dengan ibunya. Biarkan bayi yang baru lahir berada di dada ibunya selama minimal 1 jam untuk proses inisiasi menyusu dini.
Mitos : Ibu yang terlanjur berhenti menyusui tidak dapat mengeluarkan ASI lagi.
Fakta : Teknik-teknik relaktasi membantu ibu yang berhenti menyusui untuk mengeluarkan ASI dan menyusui kembali.
Mitos : Menyusui mengubah bentuk payudara jadi jelek.
Fakta : Perubahan bentuk payudara tidak disebabkan karena proses menyusui, tapi karena proses kehamilan.
Mitos : Payudara kecil dan puting datar tidak dapat mengeluarkan ASI yang cukup untuk bayi.
Fakta : Bentuk dan ukuran payudara serta puting tidak mempengaruhi produksi ASI, lagipula bayi menyusu bukan dengan menghisap puting melainkan memompa payudara. Karenanya teknik menyusui yang benar jauh lebih penting jika dibandingkan dengan bentuk dan ukuran payudara.
Sumber : Disadur dari Info Kesehatan Media Indonesia, 5 Agustus 2009