‘Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani….’
(1 Ptr. 2:5)
“Mesin ketik tuz ini zdzlzh szhzbzt setiz szyz sebzgzi seorzng wzrtzwzn. Mesin ketik ini sebenzrnyz mzsih bzgus. Hznyz tuts huruf ‘z’-nyz sudzh pztzh sehinggz tidzk bisz digunzkzn lzgi. Jzdi terpzksz digznti dengzn huruf ‘z’ wzlzu cukup menggznggu…”
(1 Ptr. 2:5)
“Mesin ketik tuz ini zdzlzh szhzbzt setiz szyz sebzgzi seorzng wzrtzwzn. Mesin ketik ini sebenzrnyz mzsih bzgus. Hznyz tuts huruf ‘z’-nyz sudzh pztzh sehinggz tidzk bisz digunzkzn lzgi. Jzdi terpzksz digznti dengzn huruf ‘z’ wzlzu cukup menggznggu…”
Demikianlah kira-kira sebuah tulisan yang pernah saya baca di sebuah buku, yang menggambarkan betapa pentingnya satu orang sebagai satu unsur dalam suatu perkumpulan.
Begitu juga dalam persekutuan Tubuh Kristus. Dalam Surat 1 Petrus digambarkan bahwa persekutuan orang-orang percaya adalah bagaikan sebuah bangunan – suatu rumah rohani; dan setiap orang percaya adalah batu-batu yang hidup, yang menyusun rumah rohani tersebut.
Begitu juga dalam persekutuan Tubuh Kristus. Dalam Surat 1 Petrus digambarkan bahwa persekutuan orang-orang percaya adalah bagaikan sebuah bangunan – suatu rumah rohani; dan setiap orang percaya adalah batu-batu yang hidup, yang menyusun rumah rohani tersebut.
Seperti dikatakan oleh Rasul Paulus bahwa di dalam persekutuan Tubuh Kristus, setiap orang adalah bagian-bagian tubuh yang ”rapi tersusun dan diikat menjadi satu....” (Ef.4:16)
Kita mungkin merasa diri kita kurang penting sehingga kita berpikir bahwa tidak mengapa apabila kita tidak ada. Keberadaan kita seakan-akan dapat digantikan oleh orang lain. Barangkali ada benarnya bahwa tanpa satu orang semuanya masih bisa berjalan, pekerjaan dalam Kerajaan Allah masih dapat berlangsung.
Kita mungkin merasa diri kita kurang penting sehingga kita berpikir bahwa tidak mengapa apabila kita tidak ada. Keberadaan kita seakan-akan dapat digantikan oleh orang lain. Barangkali ada benarnya bahwa tanpa satu orang semuanya masih bisa berjalan, pekerjaan dalam Kerajaan Allah masih dapat berlangsung.
Namun seperti huruf ”a” yang hilang di atas, keberadaan satu orang sebenarnya memiliki keunikan yang tidak tergantikan.
Keunikan huruf ”a” sebenarnya tidak tergantikan oleh huruf ”z” yang juga memiliki keunikan tersendiri.
Keunikan huruf ”a” sebenarnya tidak tergantikan oleh huruf ”z” yang juga memiliki keunikan tersendiri.
Penulis : Pdt. Engeline Chandra, Wasiat
Ilustrasi Foto : situasi cafe the eight corner