Selamat Datang....Tuhan Memberkatimu...

Selamat Datang di Blog Rehobot Community
Kami berharap Bro en Sis akan mendapatkan banyak berkat dari tulisan-tulisan artikel rohani, kesehatan, psikologi, dan lain sebagainya yang ditulis oleh admin dan rekan-rekan. teman, sahabat inter-denominasi dan ataupun dari para pembaca Buletin Rehobot Community.
Blog ini memfasilitasi publikasi : 1. Berbagai kumpulan Firman Tuhan, 2. Link video Ibadah Raya GBIS Bukit Karmel - Jl. Kebayoran Lama Raya, Jakarta Selatan dan Pos PI GBIS Bukit Karmel - Bumi Serpong Damai 3. Link video konten SenengnyangoFi 4. Dokumentasi foto-foto 5. Link Audio Firman Tuhan yang bisa Anda dengarkan setiap saat - Klik langsung dengarkan

Dengan rendah hati Blog Rehobot Community ini dapat menjadi berkat dan sumber inspirasi dan Referensi firman Tuhan/ Renungan bagi para sahabat terkasih Umat Tuhan yang rindu mengeksplorasi kebenaran demi kebenaran firman Tuhan serta menambah wawasan melalui kesaksian ataupun pengalaman hidup orang lain yang diberkati. Dan sebagai modifikasi informasi, juga dilampirkan cuplikan video singkat saat firman Tuhan disampaikan. Kami ucapkan terima kasih...

Bila Anda ingin memberikan ide / saran / masukan pada kami mengenai blog Rehobot Community, Anda dapat mengirim e-mail ke : rehobot.comm@gmail.com

Rabu, Oktober 28, 2009

Tergantung Cara Memandang

Seorang kaya mengajak anaknya ke sebuah desa untuk menunjukkan betapa miskinnya penduduk desa itu. Mereka menginap beberapa malam di satu keluarga petani yang sangat miskin. Setelah itu, sang ayah bertanya kepada anaknya, "Apa yang kau pelajari dari perjalanan ini?"

Anaknya menjawab,"Saya lihat bahwa kita punya seekor anjing dan mereka punya empat ekor. Kita punya kolam yang mencapai pertengahan kebun kita dan mereka punya anak sungai yang tak berujung. Kita punya lampu impor di taman kita dan mereka punya bintang-bintang di langit pada malam hari. Halaman kita mencapai pekarangan depan rumah kita dan mereka mempunyainya sampai batas kaki langit. Kita punya sebagian kecil tanah untuk tempat tinggal dan mereka punya ladang-ladang yang jauhnya melampaui pandangan kita. Kita punya pelayan-pelayan yang melayani kita, tetapi mereka melayani orang lain. Kita membeli makanan, tapi mereka menanamnya sendiri. Kita punya tembok untuk melindungi milik kita, sedang mereka punya sahabat-sahabat untuk melindungi mereka."

Sang ayah tidak dapat berkata apa-apa. Anaknya menambahkan, "Terima kasih, ayah karena telah menunjukkan betapa miskinnya kita!"

Betapa pentingnya cara memandang! Miskin atau kaya, buruk atau baik, berkeluh kesah atau bersyukur ditentukan juga oleh cara kita memandang. Belajarlah selalu memandang secara luas, kritis, positif, dan konstruktif supaya kita selalu dapat hidup bersyukur!
Disadur dari : Wasiat, Oktober 2009

Senin, Oktober 05, 2009

Tahu diri


‘….hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia.’ (Filipi 2 : 2-3)

Tenzing Norgay adalah seorang sherpa atau pemandu untuk ekspedisi pendakian gunung. Karena kehebatan dan kekuatannya, di kalangan para pendaki ia mendapat julukan “Harimau Salju”. Namanya menjadi terkenal ketika bersama Edmund Hillary mencatatkan diri sebagai penakluk Everest, puncak tertinggi di dunia (8.848 m). Sejarah mencatat bahwa pada 29 Mei 1953 itulah untuk pertama kalinya puncak Everest dapat ditaklukkan oleh manusia.
Sebagai sherpa, Tenzing sesungguhnya bisa berada di depan Hillary, namun mengapa bukan Tenzing Norgay yang pertama menjejakkan kaki? Pertanyaan menarik ini ditanyakan seorang reporter kepada Tenzing.
“Anda seorang sherpa, bukankah seharusnya Anda menjadi orang pertama yang menjejakkan kaki di puncak Gunung Everest?”
“Ya, benar sekali. Pada saat tinggal beberapa langkah mencapai puncak, saya persilakan dia (Hillary) untuk menjejakkan kakinya terlebih dahulu,” jawab Tenzing tegas.
“Namun, mengapa Anda melakukan itu?” tanya sang reporter lagi.
”Karena itulah impian Edmund Hillary, bukan impian saya. Impian saya hanyalah berhasil membantu dan mengantarkan dia meraih impiannya.”
Sebagai murid-murid Kristus, jemaat Filipi diajar untuk menjadi jemaat yang tahu diri. Jemaat diingatkan agar tidak mengutamakan kepentingan sendiri ataupun mencari pujian yang sia-sia. Mengapa? Setiap anggota jemaat adalah hamba yang harus bekerja untuk menomor satukan kepentingan Kristus dan kemuliaan Kristus.

Disadur dari : Renungan Harian Wasiat (Edisi bulan September 2009)