Bacaan Alkitab Yohanes 4 : 7 – 42
Ayat 7, ada hal yang menarik dalam diri perempuan Samaria ini untuk dicermati. Kebiasaan mengambil air di kalangan perempuan, biasanya dilakukan dengan cara berkelompok. Namun perempuan ini mengambil air sendirian (ini memberikan kemungkinan perempuan ini dikucilkan kaumnya, karena gaya hidupnya). Tuhan Yesus menyuruh murid-muridNya pergi membeli makanan, mengapa tidak sebagian murid saja yang pergi membeli makanan, sehingga Ia tidak sendirian pula di situ.
Yesus yang adalah Allah yang
Maha Tahu, mengetahui apa yang akan terjadi, dan misiNya adalah untuk mengabarkan
Injil 'kabar baik' kepada jiwa-jiwa yang terhilang. Bisa dibayangkan apabila
Yesus bersama 12 muridNya, sehingga ada rombongan 13 orang Yahudi ada di
sekitar sumur itu, hal demikian bisa saja membuat perempuan Samaria ini mengurungkan niatnya untuk mengambil
air. Dan tidak akan pernah terjadi
dialog yang penting antara Yesus dan perempuan Samaria ini Perempuan itu datang
ke sumur hendak mengambil air, Dari bacaan Firman di atas ada beberapa hal
penting berkaitan dengan metode Penginjilan Yesus
1 . Metode Pendekatan Pribadi
Ketika
Yesus meminta air kepada perempuan Samaria ini (ayat 7) dengan segera perempuan itu
mengetahui bahwa Yesus adalah orang Yahudi, kemungkinan dari logat atau
cara bicara-Nya. Pembicaraan Yesus dengan perempuan Samaria ini merupakan percakapan atau dialog yang cukup unik. Karena menurut adat
Yahudi Seorang Rabbi tidak seharusnya berbicara di tempat umum dengan seorang
perempuan, apalagi perempuan ini adalah seorang Samaria.
Hal ini Yesus lakukan demi mengemban misi untuk memenangkan orang orang
Samaria.
Ayat
9, orang Yahudi tidak bergaul dengan orang Samaria Contohnya, piring yang setelah
dipergunakan oleh orang Samaria, walaupun sudah dicuci-pun tidak boleh
dipakai lagi oleh orang Yahudi. Sedemikian hebatnya keterpisahan 2 ras ini.
Maka dalam kasus ini seharusnya Yesus tidak menggunakan timba yang sama dengan orang Samaria untuk mengambil air minum Namun,
pelayanan Yesus, adalah pelayanan yang menembus lintas budaya. Bagi Yesus, baik
Samaritanisme maupun Yudaisme perlu dikoreksi, keduanya perlu diperbaharui.
2 . Metode pendekatan Jasmani
Ayat 8-12 Yesus membuka percakapan dengan perempuan itu dengan menggunakan kebutuhan jasmani-Nya untuk minta minum, perempuan itu mempertanyakan posisi hubungan kedua ras yang berseberangan. Didalam tanggapanNya, Yesus kemudian meninggalkan kebutuhanNya sendiri dan menunjukkan bahwa perempuan itu mempunyai kebutuhan yang lebih mendalam, yaitu kebutuhan yang dapat dipenuhi oleh Tuhan Yesus Kristus menyatakan dirinya adalah sumber 'air hidup' (bandingkan dengan Yohanes 7:37-39).
Namun perempuan ini kemudian menjadi bingung sebab pola pikirnya
adalah masih tertuju pada air yang ada dalam sumur itu, dan menganggap Yesus
tidak bisa memberinya air karena Ia tidak membawa timba. Apabila Yesus dapat
memberinya air itu, menurutnya Yesus lebih besar dari Yakub.
Ayat 13-14, Yesus mengutarakan perbedaan air yang menghilangkan haus untuk sementara dan yang menghilangkan haus secara terus-menerus. Yang terakhir tentu lebih baik sebab bisa membawa kepada kehidupan yang kekal. Yesus telah membedakan pekara duniawi dan rohani tentang'air ini. Air hidup yang melimpah (ayat 14b). Dan air hidup itu adalah Roh Kudus .
Namun perempuan ini tetap tidak mengerti karena ia hanya membayangkan kemungkinan ia tidak perlu lagi susah-susah datang ke sumur Yakub itu untuk menimba air. Kemudian Yesus menga rahkan perempuan itu kepada kebutuhannya yang lebih pribadi. Ayat 16,17,18.Yesus menyuruh perempuan itu untuk memanggil suaminya. Sejarah perkawinan yang suram dari perempuan ini dibongkar oleh penerobosan Yesus dan pengakuan perempuan itu sendiri.
Mungkin setidaknya ada 5 perceraian terdahulu dan 1 hubungan haram yang dilakukannya sekarang. Pengetahuan Yesus akan latar-belakang kehidupannya, dan kemampuanNya membaca jiwa, membuat perempuan ini takjub. Seorang yang sangat berdosa bisa memberikan respons yang sangat baik terhadap suatu pengajaran. Orang yang sangat berdosa ini justru yang sangat memerlukan pertolongan. Berbeda dengan orang yang merasa dirinya suci, merasa tahu Firman, kadang mereka justru susah sekali menerima pembukaan pengajaran dari Firman Allah..
Para konglomerat gereja tidak akan merasa puas dengan
perkembangan/ ekspansi gerejanya, buka cabang di mana-mana, dengan berbagai
strategi marketing menggaruk banyak jemaat, Sehingga lebih suka 'menginjili'
sesama Kristen sendiri untuk berpindah gereja, ketimbang menginjili orang yang
benar-benar belum mengenal dan memerlukan Kristus.
3 . Metode Pendekatan Rohani
Yohanes 7:37-39
Dan pada hari terakhir, yaitu pada puncak perayaan itu, Yesus berdiri dan
berseru: "Barangsiapa haus, baiklah ia datang kepada-Ku dan minum!
7:38 Barangsiapa percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari
dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup."7:39 Yang
dimaksudkan-Nya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya
kepada-Nya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum dimuliakan.
Untuk memperoleh air hidup ini, seseorang harus "meminumnya". Tindakan minum ini bukanlah suatu tindakan sesaat yang satu kali saja, namun suatu tindakan minum yang bertahap-tahap dan berkali-kali. Kata "minum" ditulis dalam bahasa Yunani 'pinetô', dalam betuk imperatif masa kini yang berarti suatu tindakan yang berkesinambungan atau berulang-ulang yang menyatakan bahwa : Meminum air hidup, menuntut persekutuan terus-menerus dengan sumbernya, yaitu Yesus Kristus sendiri.
Tidak seorang pun bisa meminum air
hidup apabila hubungannya terputus dengan sumber itu. Orang-orang seperti itu
akan menjadi seperti "mata air yang kering" seperti yang dikatakan
Petrus dalam ayat ini :Sebaliknya marilah kita selidiki hati kita sendiri
seberapa rohani hati kita?,Jika diri kita dikuasai oleh daging, maka akan menim
bulkan keinginan-keinginan daging. Sebaliknya jika hidup kita dikuasai Roh,
maka akan mengha silkan buah-buah Roh (Gal 5:22-23). Air hidup memberikan
keselamatan dan kesegaran rohani
4 . Mengajak untuk menjadi Penyembah
yang benar
Ayat 20 Penyebutan soal tempat ibadah/ kiblat (di gunung Gerizim, yang merupakan tempat ibadah tandingan pada ibadah kalangan Yahudi di Yerusalem), mungkin merupakan usaha perempuan ini 'mengalihkan perhatian' dari masalah moral menuju kepada masalah agamawi, yaitu perbedaan antara ibadah orang Samaria dan orang Yahudi, mungkin dia merasa 'tidak nyaman' dosanya diungkapkan. Atau mungkin juga sebagai wujud kerinduan hati untuk menge nal Allah lebih dalam.
Tetapi, apapun kemungkinannya, kita bisa
mendapatkan pengajaran yang baik dari dialog itu. Yesus, menjawab dengan penuh
sopan, bahwa memang saat itu ada perbedaan cara-cara ibadah dari ke-2 ras itu.
Namun Ia menyatakan "Saatnya akan tiba" bahwa didalam tatanan
baru dengan kehadiran Kristus ini para penyembah tidak dipengaruhi oleh
tempat/lokasi ibadah, tidak ada kiblat tertentu harus di Yerusalem
ataupun di Gunung Gerizim,
Ayat 22, Hal yang lebih penting adalah mengenai sasaran ibadah, Ibadah orang-otang
Samaria adalah ibadah yang kacau karena
mengikuti kebiasaan orang kafir'Tuhan
Yesus berka ta "Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami
menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa
Yahudi."
Sedangkan orang Samaria membatasi dirinya pada kitab Pentateukh saja. Dan sebagai kelanjutannya Tuhan Yesus menjelaskan sistem penyembahan yang universal, yang dilakukan oleh para penyembah-penyembah sejati dan tidak dibatasi oleh lokasi/tempat. Karena penyembah-penyebah sejati menyembah Allah didalam Roh dan kebenaran Roh. Sebab Allah itu Roh (ayat 24).
Pengertian Allah itu Roh, bukanlah hal yang asing dalam pengertian Yahudi,
tetapi Yesus menekankan bahwa pe nyembah-Nya-pun harus selaras dengan Yang
disembah. Formalitas ibadah keagamaan tidak akan menyentuh apa-apa jika
dilakukan tanpa "Roh". Betapa banyak dari kita mengetahui hal-hal
yang jahat yang dilarang oleh Alkitab, toh kita melakukannya juga baik secara
tersembunyi.
Ayat 25-26, Perempuan itu menyinggung tentang datangnya Mesias yang mungkin
dilandaskan dari kitab pentateukh-nya yaitu Ulangan 18:15-18 yang diterima oleh
orang Samaria sebagai kitab suci mereka, yaitu tentang hadirnya nabi yang
paling unggul. Yesus dengan pasti mengatakan dengan kalimat keilahian-Nya dalam
ayat 26 "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan
engkau" Dan
pada saat itu, Yesus mengaku bahwa Dialah Mesias itu. Halleluya
Tuhan Yesus
Memberkati.
Gembala Jemaat :
Pdt. Agus Octavianus