Selamat Datang....Tuhan Memberkatimu...

Selamat Datang di Blog Rehobot Community
Kami berharap Bro en Sis akan mendapatkan banyak berkat dari tulisan-tulisan artikel rohani, kesehatan, psikologi, dan lain sebagainya yang ditulis oleh admin dan rekan-rekan. teman, sahabat inter-denominasi dan ataupun dari para pembaca Buletin Rehobot Community.
Blog ini memfasilitasi publikasi : 1. Berbagai kumpulan Firman Tuhan, 2. Link video Ibadah Raya GBIS Bukit Karmel - Jl. Kebayoran Lama Raya, Jakarta Selatan dan Pos PI GBIS Bukit Karmel - Bumi Serpong Damai 3. Link video konten SenengnyangoFi 4. Dokumentasi foto-foto 5. Link Audio Firman Tuhan yang bisa Anda dengarkan setiap saat - Klik langsung dengarkan

Dengan rendah hati Blog Rehobot Community ini dapat menjadi berkat dan sumber inspirasi dan Referensi firman Tuhan/ Renungan bagi para sahabat terkasih Umat Tuhan yang rindu mengeksplorasi kebenaran demi kebenaran firman Tuhan serta menambah wawasan melalui kesaksian ataupun pengalaman hidup orang lain yang diberkati. Dan sebagai modifikasi informasi, juga dilampirkan cuplikan video singkat saat firman Tuhan disampaikan. Kami ucapkan terima kasih...

Bila Anda ingin memberikan ide / saran / masukan pada kami mengenai blog Rehobot Community, Anda dapat mengirim e-mail ke : rehobot.comm@gmail.com

Minggu, Mei 24, 2009

Kebersamaan (Seri Komsel)



Asyik... enaknya.... makan siang bersama di tepi pantai gelanggang samudra, Ancol.....
Hi... rekan-rekan Rehobot, saat ini... sebuah kebersamaan... kegembiraan... kesehatian... tampaknya mulai menjadi 'barang langka' di jaman sekarang ini.
Tersingkir oleh 'oknum-oknum' yang bernama 'kesibukan', 'ga ada waktu', 'ga peduli', 'kelelahan', 'ambisi', dan banyak lagi.
Sebagai manusia, kita sudah disetting sebagai mahluk sosial, yang notabene adalah saling membutuhkan satu sama lain, entah itu secara materil (dalam arti untuk berbisnis, berdagang, dll) dan emosional (cinta, persahabatan, perhatian, dan lainnya).
Kedua hal itu sangatlah penting bagi kita semua untuk dipenuhi dan dicukupi, sebab tanpa keduanya itu, kita tidaklah berbeda/ bahkan menjadi orang-orang yang mengalami gangguan kepribadian (yang menyepi, anti sosial, individualis, dan egois).
Dengan rela menyediakan waktu untuk sebuah kebersamaan, pastilah kita akan mendapatkan suatu kepuasan secara emosi, melepaskan tekanan-tekanan stress akibat kesibukan dalam rutinitas kita yang mungkin nyaris monoton.
Sahabat Rehobot... marilah kita berusaha terus menerus membangun dan membina hubungan antar dan inter personal dengan banyak orang.... seorang sahabat bahkan banyak sahabat setidaknya dapat memberikan dukungan, penghiburan dan perhatian bagi diri kita untuk tetap dapat bertahan di dalam keseharian kita.... terutama seorang SAHABAT sejati yang pasti tak pernah meninggalkan kita dan menemani selalu... Kristus Yesus namaNya.... Bless You all....
Dokumentasi : piknik bersama komsel Adulam (Yuli, Tommy, Vidhina,Eldad, Bona, Okta), 21 Mei'09

Senin, Mei 18, 2009

Posyandu (Health Topic)




Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) merupakan pelayanan masyarakat yang dibuat dan dibentuk berdasarkan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat.
Memang tidak terlepas dari binaan pemerintah, dalam hal ini petugas (baik medis/ paramedis atau non-medis) puskesmas wilayah.
Posyandu dibentuk sebagai upaya pemerintah untuk menjangkau sebagian masyarakat yang tidak terjangkau ataupun menjangkau pelayanan kesehatan bagi balita di tingkat Rumah Sakit.
Adapun sasaran utama posyandu adalah para balita yang berusia ( 0 – 59 bulan). Kegiatan-kegiatan yang sebagian besar dilakukan oleh kader-kader yang adalah juga anggota masyarakat setempat yang mau peduli dan menyediakan waktu/ tenaga/ mungkin materiil – dana bagi sesama warganya.
Dari mulai pendaftaran, pendataan balita, penimbangan berat-badan, tinggi/ panjang badan, pencatatan dan pelaporan, sampai pemberian makanan tambahan (PMT) sebagai upaya meningkatkan gizi balita – yang pengadaannya pun merupakan swadaya para kader dengan RT/RW atau warga yang bersedia jadi donatur. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebulan sekali.
Selain kegiatan-kegiatan tersebut di atas, yang tak kalah pentingnya adalah pelayanan imunisasi dasar, terutama bagi balita di bawah 1 tahun (batuta – bawah satu tahun), yang terdiri dari imunisasi BCG, DPT, Hepatitis, Polio dan terakhir Campak, yang semuanya disebut Lima Imunisasi Dasar Lengkap, yang merupakan subsidi dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia, sehingga pelayanan pemberian imunisasi ini TIDAK DIPUNGUT BAYARAN sepeser pun alias GRATIS, sampai ke jarum suntiknya pun harus baru dan GRATIS.
Jadi jangan lupa buat Anda, rekan-rekan Rehobot Community, yang memiliki adik/ anak yang masih batuta ataupun balita segera dibawa kontrol teratur ke posyandu di RT / RW terdekat, berlaku untuk seluruh masyarakat tanpa kecuali…..





Puskesmas (Health Topic)








Pusat Kesehatan Masyarakat (disingkat PUSKESMAS) adalah garis depan pelayanan kesehatan masyarakat yang diadakan oleh pemerintah.
Tugas utama Puskesmas adalah melakukan promosi kesehatan terhadap masyarakat di wilayah kerjanya, baik di tingkat kelurahan ataupun kecamatan, agar masyarakat pada umumnya secara sadar dan memiliki cukup pengetahuan untuk menjaga kesehatan dirinya, lingkungan tempat tinggal dan orang-orang di sekitarnya.

Sebab Visi Indonesia Sehat pada 2010 akan menjadi sulit terwujud bila paradigma yang ada di masyarakat belum diubah, di mana sebagian besar orang berpendapat bahwa masalah kesehatan adalah urusan dokter beserta staf para medisnya, ini adalah pandangan yang keliru. Sebab untuk membuat seseorang sehat haruslah melibatkan kerja sama yang baik dengan pasien itu sendiri, jadi juga harus tahu bagaimana menjaga kesehatan itu.

Kesan Puskesmas yang kumuh dan rame memang menyurutkan keinginan sebagian warga masyarakat, sehingga tidak jarang banyak dari mereka langsung mengakses ke rumah sakit atau dokter-dokter praktek swasta/ klinik-klinik Bidan/ praktek 24 jam.

Redaksi menampilkan artikel ini, tak lain dan tak bukan hanyalah untuk memberikan informasi bahwa ada upaya pemerintah untuk memperbaiki citra buruk terhadap puskesmas. Seperti yang dapat Anda lihat terhadap foto-foto di atas, adalah dokumentasi dari sebuah puskesmas yang memiliki fasilitas yang cukup lengkap, di mana sudah ada klinik dokter spesialis Anak, Spesialis Kandungan, Spesialis Kulit dan dokter gigi Spesialis Ortho, Spesialis Konservasi dan Spesialis Kesehatan Gigi Anak dan fasilitas laboratorium yang dilengkapi alat komputerisasi untuk kimia darah dan lainnya, ruang periksa yang cukup nyaman.

Memang belum dan tidak semua puskesmas telah memiliki fasilitas maupun personil dokter spesialis yang cukup lengkap, tapi perlahan tapi pasti pemerintah akan terus berusaha memperbaiki kualitas pelayanan di tingkat puskesmas seiring dengan tuntutan jaman. Mari kita terus doakan agar Pemerintah Pusat maupun daerah semakin diberkati, dan berkati juga seluruh jajaran aparat pemerintah yang berada di garis depan pelayanan langsung terhadap masyarakat.
Jesus bless INDONESIA….






Watchout 666












































































































































































created / written by unknown.

Selasa, Mei 05, 2009

Pengalaman 3 minggu di barak TNI-AU

Sebelum saya mengikuti diklat di barak Wingdiktekkal (Wing Pendidikan dan Pembekalan) TNI – AU, Bandung. Saya tidak mempunyai gambaran apapun mengenai betapa beratnya perjuangan para siswa TNI sampai menjadi seorang personil tentara yang tangguh dan tampak berwibawa dan hebat. Adalah suatu kebanggaan bagi saya untuk dapat ‘mencicipi’ alias mengikuti diklat di Wingdiktekkal ini, walau hanya 3 minggu saja. Sehingga setelah mengikuti diklat ini, benar-benar mengubah persepsi/ cara pandang saya terhadap bapak-ibu/ saudara/saudari sebangsa yang bertugas sebagai personil pertahanan negara kita. Salut buat mereka..... Kami mulai berangkat dari Plaza Kota Bekasi menuju ke Wingdiktekkal – Bandung, pada hari Selasa, 14 April 2009, untuk mengikuti pelatihan selama 3 minggu, dan kembali ke Bekasi pada 2 Mei 2009. Kesan pertama ketika kami tiba di halaman Wingdiktekkal adalah rasa terkejut dan sedikit kaget, karena bukan ’karpet merah’ ataupun senyuman dari para petugas militer, melainkan teriakan dan makian agar kami bergerak cepat untuk membongkar muatan tas-tas/koper barang bawaan kami, untuk segera dikumpulkan di lapangan dan segera untuk membentuk barisan menjadi 2 kompi yang terdiri dari 5 peleton (24 – 27 orang/ peleton). Pada hari itu jugalah saat kaki pertama kali memijakkan kaki di halaman wingdiktekkal, proses diklat sudah dimulai...... Tiada hari tanpa proses baris berbaris di bawah terik matahari selama beberapa jam, dengan bentakkan teriakan para pelatih dan tak jarang hukuman push-up atau kombinasi harus kami jalani ketika satu atau lebih dari peserta diklat yang melakukan kesalahan namun harus ditanggung oleh seluruh peserta. Yang belakangan kami baru mengerti maksud dan tujuan dari diklat ini, bahwa kekompakan dan rasa kebersamaan dalam penderitaan-lah yang ingin ditumbuhkan oleh pelatih, sehingga kami bisa saling membantu, memperhatikan dan menolong, serta membentuk mental kami untuk menjadi semakin tangguh dan tidak takut terhadap situasi apapun. Kami diajari bagaimana menata lemari pakaian, melipat baju yang rapih, merapikan tempat tidur, menata sendal, sepatu, handuk, kebersihan barak, menyemir sepatu hingga mengkilat, mematikan lampu dan air bila tidak dipakai lagi, tidak membuang sampah sembarangan, table manner alias tata cara makan di ruang makan, harus selalu menegur/ memberi hormat tiap kali bertemu dengan orang ketika berpapasan di jalan, dan harus selalu berbaris bila lebih dari 1 orang berjalan ke suatu tempat (semua serba teratur dan rapih). Ternyata personil tentara memerlukan ketekunan dan selalu disiplin, tampil rapih dan bersih. Kami mengalami prosesi ‘Stelling’ alias pendadakan di tengah malam (jam 1 malam) selama hampir 2,5 jam, di saat kami sedang terlelap tidur setelah seharian digojlok secara fisik. Apalagi saat itu kota Bandung masih sering hujan turun, membuat udara malam semakin dingin sekali. Ketika ‘Stelling’ dimulai, sirene dibunyikan, para pembina menggedor-gedor pintu barak kami, mendobraknya sambil berteriak-teriak pada kami untuk segera keluar ke lapangan, lalu dengan pakaian apa adanya dan tanpa alas kaki, kami segera berlarian keluar menuju ke lapangan rumput di luar barak dan membentuk barisan. Dalam kondisi tanpa alas dan udara dingin yang menyengat, kami berdiri – berbaris dalam kondisi mulai menggigil kedinginan, selama sekitar setengah jam. Sampai pembina memerintahkan kami untuk mengganti pakaian tidur yang sedang kami kenakan dengan pakaian dinas harian, secara terbirit-birit kami kembali berlarian ke barak untuk segera mengganti pakaian kami. Baru kami sedang berusaha mengganti pakaian kami, para pembina kembali berteriak-teriak memerintahkan untuk segera keluar dari barak, tentulah hasilnya dapat ditebak, banyak dari kami dalam keadaan memakai pakaian yang tidak lengkap, alhasil banyak dari kami (sekitar 99,9%) mendapatkan hukuman push-up di malam hari. Belajar dari pengalaman itu, untuk menghadapi ‘Stelling’ kedua yang harus kami hadapi, penulis yang kebetulan ditunjuk menjadi Senat oleh pembina yang membawahi 3 ketua barak dan 3 ketua angkatan, memberikan himbauan agar ketika ‘Stelling’ kedua, tidak boleh ada peserta yang keluar dari barak sebelum seluruh peserta sudah berpakaian lengkap, dan bersama-sama menanggung resiko hukuman kolektif, dan ternyata himbauan ini direspon dan disepakati secara bulat oleh para ketua ketiga angkatan dan barak. Singkat cerita, pada ‘Stelling’ kedua sudah terjadi kekompakan dan kebersamaan untuk menanggung resiko hukuman kolektif. Hampir selama 3 minggu kami mengalami masa ‘putus’ hubungan dengan dunia luar, tidak ada TV, koran apalagi handphone yang memang tidak diperbolehkan untuk dibawa. Hari demi hari kami lalui terasa berat dan lama pada awalnya, tetapi karena sudah mulai menjadi sebuah rutinitas, lama kelamaan menjadi terbiasa, dan hari-hari mulai terasa berlalu demikian cepatnya. Selain pendidikan fisik, kami juga mendapatkan pendidikan kuliah yang diajar oleh pengajar dari Provinsi. Menjelang hari-hari terakhir, pembina sudah menyiapkan sebuah acara outbound, di Ranca Upas, Ciwidey. Di outbound itu juga kami mendapatkan pengalaman yang tak terlupakan, di mana kami tiba-tiba terjebak dalam situasi latihan perang dari komando pasukan khas AU (Kopaskhas TNI AU), 2 ledakan bom yang tidak jauh dari posisi kami sehingga kami merasakan efek gelombang ledakan dan hembusan angin ledakannya, lumayan membuat kami tuli sesaat dan tembakan beruntun dari para pasukan, kami melihat ada letupan api yang keluar pada moncong laras M-16 tiap kali ditembakkan mengarah ke bukit tempat wahana flying fox, disertai lontaran selongsong peluru yang keluar dari sisi samping senapan. Belakangan, pembina memberitahu bahwa peristiwa tersebut adalah simulasi perang di mana kopaskhas dalam kondisi disergap – diserang oleh musuh (yang adalah pembinanya sendiri) dari arah bukit. Dan mereka menggunakan peluru bermesiu tapi tanpa proyektil alias peluru hampa, dan mereka akan terus berlatih seperti ini, dan akan dibiarkan hidup di hutan selama 2-5 hari tanpa perbekalan, harus mencari makan sendiri di hutan namun tidak boleh ketahuan posisinya oleh pembina. Wow.... ternyata sedemikian beratnya kehidupan menjadi prajurit.... Dan akhir dari segalanya, pada tanggal 2 Mei 2009, kami berpisah dalam upacara perpisahan disertai dengan lemparan topi seluruh peserta ke atas, dan teriakan kebebasan..... ha..ha..ha... Lalu satu-persatu dari kami berbaris bersalaman dengan para pembina dan komandan Skadik 301 Wingdiktekkal, langsung menuju bus yang sudah menunggu.... Terima kasih dan selamat tinggal pembina... God bless You, all....... Kami akan terus mendoakanmu.... yang terus bertugas menjaga keamanan negara selama 24 jam penuh, 7 hari seminggu, 30 hari sebulan, setiap saat, walau dengan kondisi dan fasilitas yang sangat minim, kami bangga akan pengabdianmu......